A. Pengertian I’jaz Al-Qur’an dan Mu’jizat
Secara etimologi, kata I’jaz adalah masdar dari kata kerja a’jaza yang berarti melemahkan. I’jaz al-Qur’an berarti melemahkannya
al-Qur’an atau al-Qur’an melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Secara lengkap
I’jaz al-Qur’an berarti Kitab
al-Qur’an melemahkan kepada manusia untuk mendatangkan apa yang telah
ditantangkan kepada mereka, yaitu membuat kitab seperti al-Qur’an ini.
Secara etimologi, mu’jizat berasal
dari kata I’jaz masdar dari a’jaza, maka pelakunya (yang melemahkan)
disebut mu’jiz. Apabila kemampuan
melemahkan pihak lain sangat kuat /menonjol sehingga mampu membungkam lawan,
maka disebut mu’jizat. Secara terminologi, Islam mengartikan mu’jizat ialah
suatu hal/peristiwa yang luar biasa yang terjadi melaluinseorang Nabi/Rasul
Allah, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk
melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani
tantangan itu.
B. Tujuan I’jaz Al-Qur’an
Dari pengertian i’jaz dan mu’jizat
diatas, dapatlah diketahui tujuan I’jazi
al-Qur’an diantaranya yaitu:
1.
Membuktikan bahwa Nabi Muhammad yang membawa
mu’jizat al-Qur’an adalah benar-benar seorang Nabi dan Rasul Allah.
2.
Membuktikan bahwa al-Qur’an itu adalah
benar-benar wahyu Allah.
3.
Menunjukkan kelemahan mutu sastra dan balaghah
bahasan manusia.
4.
Menunjukkan kelemahan daya upaya dan rekayasa
manusia yang tidak sebanding dengan keangkuhan dan kesombongannya.
C. Macam-Macam Mu’jizat Al-Qur’an
Mu’jizat al-Qur’an atau juga disebut
I’jaz al-Qur’an ini terdapat berbagai macam segi kemu’jizatannya. Dr. Abd.
Rozzaq Naufal menerangkan bahwa I’jaz al-Qur’an itu ada 4 macam, sebagai
berikut:
1.
Al-I’jaz
al-Balaghi, yaitu kemu’jizatan segi sastranya.
2.
Al-I’jaz
al-Tasrir’i, yaitu kemu’jizatan segi pensyariatan hukum-hukum ajarannya.
3.
Al-I’jaz
al-Ilmi, yaitu kemu’jizatan segi ilmu pengetahuan
4.
Al-I’jaz
al-‘Adadi, yaitu kemu’jizatan segi kuantitas atau statistic.
D. Macam Mu’jizat Al-Qur’an Menurut M.
Quraish Shihab
Dalam bukunya Mu’jizat Al-Qur’an, M.
Quraish Shihab menjelaskan kemu’jizatan Al-Qur’an dapat ditinjau dari berbagai
aspek, antara lain:
1.
Aspek Kebahasaan
Sebelum
seseorang terpesona dengan keunikan atau kemu’jizatan al-Qur’an, terlebih
dahulu ia akan terpukau oleh beberapa hal yang berkaitan dengan susunan kata
dan kalimatnya. Beberapa hal tersebut antara lain menyangkut nada dan
langgamnya, singkat dan padat, memuaskan para pemikir dorang kebanyakan,
memuaskan akal dan jiwa, serta keindahan dan ketepatan maknanya. Dan juga
keseimbangan redaksi al-Qur’an.
2.
Isyarat-Isyarat Ilmiah dalam Al-Qur’an
Hakikat-hakikat
ilmiah yang disinggung al-Qur’an dikemukakan dalam redaksi yang singkat dan
sarat makna, sekaligus tidak terlepas dari cirri umum redaksinya yakni
memuaskan orang kebanyakan atau pemikir. Contoh-contoh ilmiah dalam al-Qur’an
antara lain meliputi tentang reproduksi manusia, tentang kalender Syamsiyah dan Qamariyah, tentang cahaya matahari bersumber pada dirinya dan
cahaya bulan merupakan pantulan, kurangnya oksigen pada ketinggian dapat
menyesakkan nafas, perbedaan sidik jari manusia, dll.
3.
Pemberitaan Ghaib dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an
mengungkap sekian banyak ragam hal ghaib. Al-Qur’an mengungkap kejadian masa
lampau yang tidak diketahui lagi oleh manusia, karena masanya telah demikian
lama dan mengungkap juga peristiwa masa datang atau masa kini yang belum
diketahui manusia.
E. Standar Kemu’jizatan Al-Qur’an
Yang dimaksud dengan standar
kemu’jizatan al-Qur’an ialah kadar yang menjadi mu’jizat dari ktab al-Qur’an
itu berapa? Apakah seluruhnya, atau sebagian saja. Kitab suci al-Qur’an ini
sudah 15 abad lalu mencanangkan tantangan kepada orang-orang yang mengingkari
al-Qur’an, yakni minta untuk ditandingi dengan membuat kitab yang sama seperti
al-Qur’an itu. Mulai dari tantangan membuat kitab tandingan yang sama seperti
seluruh isinya, membuat tandingan yang sama dengan 10 surat seperti al-Qur’an
sampai tantangan untuk membuat tandingan satu surat yang setara dengan surat
al-Qur’an. Karena sampai dalam tantangan yang minimal saja tidak ada yang mampu
melawan maka dapat diartikan bahwa al-Qur’an itu walaupun hanya satu surat saja
sudah mu’jiz (melemahkan).
F. Sejarah Ilmu I’jaz Al-Qur’an
Menurut Dr. Subhi al-Salih dalam
kitabnya Mabahis Fi ‘Ulum al-Qur’an
bahwa orang yang pertama kali membicarakan I’jazi
al-Qur’an adalah Imam Lahit (wafat 255 H), ditulis dalam kitab Nuzum al-Qur’an. Hal ini seperti
diisyaratkan dlam kitabnya yang lain Al-Hayawan.
Lalu disusul Muhammad bin Zaid al-Wasit (wafat 306 H) kemudian dilanjutkan Imam
al-Rumani (wafat 384 H) dalam kitab al-I’jaz
yang isinya mengupas segi-segi kemu’jizatan al-Qur’an. Lalu disusul oleh
al-Qadi Abu Bakar al-Baqillani (wafat 403 H) dalam kitab I’jaz al-Qur’an yang isinya mengupas segi-segi sastra al-Qur’an,
disamping kemu’jizatannya. Kemudian disusul Abd. Qohir al-Jurjani (wafat 471 H)
dalam kitab Dala’il al-I’jaz dan Asrar al-Balaghah.
lanjutannya: >>> Asbab An-Nuzul <<<
Download file resume buku Ulumul Qur'an dan Pembelajarannya disini
No comments:
Post a Comment
Please feels free to send us feedback. Thank You