Al-Qur’an
selain memiliki gaya bahasa dan sastra yang bernilai tinggi, juga menawarkan
ungkapan dengan perumpamaan-perumpamaan (amtsal) yang sangat indah dan
logis, sehingga perumpamaan yang mengandung ajaran itu bisa diterima masyarakat
pada masa itu. Pada sisi lain, juga terdapat fenomena keragaman dialek yang
berpengaruh pada kemampuan melafalkan bahasa Al-Qur’an. Dari sini membawa konsekuensi
timbulnya berbagai macam bacaan (qiraat) dalam melafalkan Al-Qur’an.
Pada perkembangan selanjutnya, melalui peranan para ulama lahirlah ilmu Amtsalil
Qur’an dan Qiraat dalam Al-Qur’an.
A. Pengertian
Amtsalil Qur’an
Kata amtsal merupakan bentuk
jamak dari kata matsala yang mempunyai beberapa arti antara lain
perumpamaan, gambaran, seserupaan, sifat, keadaan dan kisah. Sedangkan menurut
istilah amtsalil qur’an berarti perumpamaan-perumpamaan yang dikemukakan
Al-Qur’an mengenai sesuatu yang satu dengan sesuatu yang lainnya baik dengan
menggunakan kalimat-kalimat metamorphosis (isti’arah) dengan cara
antrofomorphism (tasybih), figurative (kinayah)
dll.[1]
B. Rukun dan
Ciri Amtsalil Qur’an
Pada setiap amtsalil qur’an
harus terkumpul empat unsur (rukun), yaitu:
1.
Harus ada yang diserupakan (al-musyabbah),
yaitu sesuatu yang akan diceritakan.
2.
Harus ada asal cerita (al-musyabbah bih),yaitu
sesuatu yang dijadikan tempat menyamakan.
3.
Harus ada sisi persamaannya (wajhul musyabbah),
yaitu arah persamaan kedua hal yang disamakan.
4.
Adanya alat yang digunakan untuk menyerupakan (adatul
tasybih), misalnya huruf kaf, kata matsal atau amtsal, ka’anna atau
semua lafal yang menunjuk kepada makna penyerupaan.[2]
Contoh amtsalil qur’an yang
memenuhi keempat rukun di atas ada pada Q.S. Al-‘Ankabut: 41
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ
الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا ۖ وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ
الْعَنْكَبُوتِ ۖ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Artinya: perumpamaan
orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti
laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah
rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.
Dari ayat di atas dapat
diketahui sesuatu yang diserupakan yaitu kebatilan syirik (kerugian orang
musyrik yang mencari tuhan selain Allah SWT), sesuatu asal cerita yaitu seperti
laba-laba yang membuat rumah (sarangnya), sisi persamaannya yaitu sama-sama
lemah (bahkan lebih lemah dari sesembahan yang mereka buat sendiri), alat yang
digunakan untuk menyerupakan yaitu lafal ﻣﺜﻞ dan huruf
ﻙ. Ciri-ciri
amtsalil qur’an:
1.
Singkat dan padat.
2.
Makna dan sasarannya mengena kepada yang
dimaksudkan.
3.
Cara penyampaian penyerupaan (pentasybihan)
sangat baik.
4.
Makna figurative (kinayahnya)
memikat.
C. Jenis
dan Manfaat Amtsalil Qur’an
Menurut As-Suyuti, Amtsalil
Qur’an dibagi menjadi dua yaitu: Amtsalil Qur’an Al-Mushorihah
(jelas) dan Amtsalil Qur’an Al-Kaminah (samar). Sedang Al-Qattan dan Dr.
Muhammad Bakar Ismail membagi Amtsalil Qur’an menjadi tiga[3]
yaitu:
1.
Amtsalil Qur’an yang jelas (ﺍﻠﻤﺼﺮﺣﺔ ﺍﻷﻣﺜﺎﻞ), yaitu amtsal yang
didalamnya terdapat lafal مثل. (lafal yang menunjukkan kepada persamaan atau perumpamaan).
2.
Amtsalil Qur’an yang terselubung (ﺍﻠﻜﺎﻣﻨﺔ ﺍﻷﻣﺜﺎﻞ), yaitu perumpamaan yang
didalamnya tidak terdapat lafal مثل tetapi artinya menunjukkan kepada arti perumpamaan yang indah,
singkat dan padat, sehingga sangat mengena jika dinukilkan kepada yang
menyerupainya.
3.
Amtsalil
Mursalah (ﺍﻠﻤﺮﺳﻠﺔ ﺍﻷﻣﺜﺎﻞ), yaitu beberapa jumlah kalimat yang bebas tanpa lafal tasybih,
dan juga beberapa ayat Al-Qur’an yang berlalu sebagai perumpamaan.
Beberapa manfaat
dari adanya amtsalil qur’an antara lain:[4]
1.
Memperjelas pengertian yang abstrak dengan
menggunakan bentuk yang kongkrit, akan mudah ditangkap oleh indera dan
mendorong akal manusia untuk memahami ajaran Al-Qur’an.
2.
Mengumpulkan makna yang indah, menarik, dengan
ungkapan yang singkat dan padat.
3.
Mendorong manusia giat beribadah, beramal dengan
melakukan hal-hal yang dijadikan perumpamaan yang sangat menarik dalam
Al-Qur’an.
4.
Menghindarkan orang lain dari perbuatan tercela
yang dijadikan perumpamaan dalam Al-Qur’an.
D. Amtsalil
Qur’an Sebagai Pendidikan yang Qur’ani
1.
Amtsalil Qur’an sebagai sistem pendidikan
Qur’ani memiliki interaksi yang luas sehingga mencakup sistem pendidikan dan
sistem kehidupan secara umum.
2.
Setiap materi pendidikan yang disajikan
Al-Qur’an melalui amtsal mampu menyentuh jiwa dan akal peserta didik
sehingga dapat mewujudkan nilai-nilai etis dan kesucian.
3.
Sebagi sistem pendidikan Qur’ani, amtsal
tidak hanya mencakup ajaran dogmatis, tetapi juga mencakup ilmu pengetahuan.[5]
[1]
Dra. Liliek Chana AW, M.Ag. & H. Syaiful Hidayat,Lc, M.Hl. Ulum
Al-Qur’an dan Pembahasannya, Surabaya: Kopertais IV Press, 2014, h.362
[2]
Prof. Dr. H. Abdul Djalal HA, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 1988,
h.313
[3]
Prof. Dr. H. Abdul Djalal HA, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 1988,
h.314
[4]
Manna’ Al-Qattan, Mabahit fi ‘Ulumil Qur’an, t.k., t.p., t.t., h.287
[5]
Dra. Liliek Chana AW, M.Ag. & H. Syaiful Hidayat,Lc, M.Hl. Ulum
Al-Qur’an dan Pembahasannya, Surabaya: Kopertais IV Press, 2014, h.382-383
Download file makalah lengkap disini
Download file presentasi disini
No comments:
Post a Comment
Please feels free to send us feedback. Thank You